Pariwisata Indonesia selama dekade 10 tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang fluktuatif. Fluktuasi perkembangan ini selain dipengaruhi oleh isu-isu global seperti terorisme, penyakit SARS, hubungan diplomatik antar negara, perubahan pola perjalanan, tren pariwisata yang semakin sadar lingkungan dan mengarah kepada pariwisata yang bertanggung jawab, juga dipengaruhi oleh isu-isu nasional seperti bencana gempa dan tsunami, situasi politik dan keamanan di beberapa daerah di Indonesia, kebijakan otonomi daerah, kesiapan SDM diberbagai sektor strategis, dan masih banyak lagi.
Selain itu, negara-negara yang mengandalkan pariwisata sebagai leading sector ataupun lima besar dalam pencapaian devisa negara berupaya untuk mengembangkan sekaligus memasarkan produknya sehingga kancah persaingan antar destinasi pariwisata dalam lingkup negara sangat ketat.
Kondisi ini menuntut para stakeholder pariwisata baik di tingkat pusat, daerah/kawasan, maupun di destinasi wisata untuk melakukan koordinasi dan kolaborasi yang sinergis sehingga pengembangan pariwisata terpadu dan berkelanjutan dapat dicapai secara efektif, berkualitas dan ekonomis. Berbagai program pengembangan destinasi di tingkat pusat dan daerah secara akseleratif terus diupayakan guna menarik dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Salah satu provinsi yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu prioritas pengembangan daerah adalah Sumatera Barat.
Kawasan Mandeh terletak sekitar 30 km di sebelah selatan pusat kota Padang. Secara administrasi, kawasan Mandeh mencakup 3 nagari yaitu Nanggalo, Ampang Pulai dan Sungai Pinang yang masuk dalam kecamatan Kuto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, serta Kelurahan Sungai Pisang yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kota Padang.
Pemkab Pesisir Selatan (Pessel) akhirnya menetapkan desa ini sebagai pusat pengembangan Kawasan Wisata Mandeh. Di samping Desa Mandeh, juga terdapat Desa Mudik Air, Simpang Carocok, Pulau Karam, Sungai Tawar, Sungai Nyalo dan Desa Sungai Pinang. Beberapa pulau yang masuk kawasan ini adalah Pulau Cubadak, Pulau Pagang, Pulau Bintangor, Pulau Marak, dan pulau-pulau kecil lainnya yang melingkari perairan laut. Karena menariknya kawasan ini tak heran jika Kawasan Wisata Mandeh diberikan julukan The Paradise of The South.
Selain itu, negara-negara yang mengandalkan pariwisata sebagai leading sector ataupun lima besar dalam pencapaian devisa negara berupaya untuk mengembangkan sekaligus memasarkan produknya sehingga kancah persaingan antar destinasi pariwisata dalam lingkup negara sangat ketat.
Kondisi ini menuntut para stakeholder pariwisata baik di tingkat pusat, daerah/kawasan, maupun di destinasi wisata untuk melakukan koordinasi dan kolaborasi yang sinergis sehingga pengembangan pariwisata terpadu dan berkelanjutan dapat dicapai secara efektif, berkualitas dan ekonomis. Berbagai program pengembangan destinasi di tingkat pusat dan daerah secara akseleratif terus diupayakan guna menarik dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Salah satu provinsi yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu prioritas pengembangan daerah adalah Sumatera Barat.
Kawasan Mandeh terletak sekitar 30 km di sebelah selatan pusat kota Padang. Secara administrasi, kawasan Mandeh mencakup 3 nagari yaitu Nanggalo, Ampang Pulai dan Sungai Pinang yang masuk dalam kecamatan Kuto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, serta Kelurahan Sungai Pisang yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kota Padang.
Pemkab Pesisir Selatan (Pessel) akhirnya menetapkan desa ini sebagai pusat pengembangan Kawasan Wisata Mandeh. Di samping Desa Mandeh, juga terdapat Desa Mudik Air, Simpang Carocok, Pulau Karam, Sungai Tawar, Sungai Nyalo dan Desa Sungai Pinang. Beberapa pulau yang masuk kawasan ini adalah Pulau Cubadak, Pulau Pagang, Pulau Bintangor, Pulau Marak, dan pulau-pulau kecil lainnya yang melingkari perairan laut. Karena menariknya kawasan ini tak heran jika Kawasan Wisata Mandeh diberikan julukan The Paradise of The South.
Pantai Mandeh, Sumatra Barat
No comments:
Post a Comment